Di hari pertama saya mengikuti TOT Widyaiswara Bidang Pendalaman Metoda pengajaran Diklat Angkatan III di Diklat Propinsi Riau, membuat saya senang, karena bertemu dengan komunitas Diklat di lingkungan Propinsi Riau, baik dilingkup pertanian maupun di luar lingkup pertanian.

Sebelum acara pembukaan dimulai kami mendapat arahan informal dari salah seorang panitia pelaksana ….mungkin, sayang dia tidak memperkenalkan dirinya. Beliau memotivasi kami untuk jadi Widyaiswara, karena Widyaiswara itu enjoy setiap hari dan tidak punya tanggung jawab dengan tanda kutip (sambil menaikkan kedua tangan dan menggerak-gerakkan kedua telunjuknya), kita tinggal lihat jadwal, melatih sesuai jadwal… habis perkara, … nah enjoy.

Dari penjelasan tersebut saya mulai mengenal siapa kawan-kawan saya sesama peserta TOT, ternyata peserta yang ikut TOT berstatus Widyaiswara hanya 4 orang yaitu : saya & rekan Amrizal dari Bapeltan Riau dan 2 orang lagi dari Balai Pelatihan Koperasi, selebihnya adalah pejabat di Balai Pelatihan yang ada di Propinsi Riau dan staf Pemda Propinsi Riau baik yang punya minat untuk jadi Widyaiswara sampai yang tidak berminat dan seakan terpaksa mengikuti TOT karena mendapat perintah dari kantornya.

Dalam hati saya tidak sependapat dengan penjelasan petugas tersebut diatas tentang Widyaiswara, terus terang sedikit berontak, tapi ya… sudahlah memang begitulah kenyataannya… banyak yang beranggapan menjadi Widyaiswara itu hanya “melatih” saja di didepan peserta diklat, selebihnya tidak ada yang dilakukan kecuali menyiapkan bahan untuk melatih.

Sedangkan sepengetahuan saya yang telah menjadi Widyaiswara sejak era sebelum otonomi, Widyaiswara mempunyai tugas selain melatih yaitu to Design (membuat rancangan diklat) , to Develop (mengembangkan pelaksanaan diklat), and to Delivery (melayani pelaksanaan diklat), kalaupun tidak terlibat secara langsung ya… minimal memberikan masukan gitulah….

Ya … tapi dilain hati kecil saya berkata pula: apa yang dikatakannya ada benarnya, sebab setelah era otonomi di mana Balai Diklat di bawah organisasi Pemda. Yang saya rasakan kami Widyaiswara Bapeltan Riau tidak banyak lagi terlibat dalam merancang, mengembangkan dan mengelola Diklat, bahkan yang lebih sadis lagi ada pejabat struktural yang berkomentar bahwa di Balai Pelatihan tidak ada Widyaiswara pun tidak apa-apa, meskipun komentarnya tidak di forum formal, namun cukup menyedihkan saya sebagai Widyaiswara.

Jadilah latihan dirancang, dikembangkan dan dilaksanakan oleh petugas-petugas yang tidak punya dasar pengetahuan yang baik tentang kediklatan, moga-moga yang dilakukan memberi hasil yang baik. Memang, sampai saat ini (selama otonomi daerah) tidak/belum pernah dilakukan evaluasi pelaksanaan diklat secara komprehensif, apakah pelaksanaannya telah mengikuti kaidah-kaidah kediklatan atau belum.

Besar harapan, semoga dimasa datang pelaksanaan Diklat di Propinsi Riau ini dapat dilaksanakan sesuai dengan kaidah-kaidah kediklatan, dan Widyaiswara sebagai satu-satunya pejabat yang mempunyai mandat dalam pengembangan PNS melalui diklat dapat diberdayakan dan dikembangkan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dan dapat menjadi enjoy … dalam komunitas diklat yang professional.

Bila kondisi ideal itu terjadi, mudah-mudahan akhirnya akan terbentuklah PNS-PNS yang professional pula… semoga…, namun kapankah kondisi ideal itu terjadi …. Entahlah..!, kalaupun tidak ideal minimal kearah-arah situ sedikitpun tak apalah….. semoga …!!!!!!!

Hello!

Klik Tautan di bawah untuk mengirim pesan !!!

Kirim Pesan !