Zoom Meeting “Mengenal 3G Organik Riau”

Zoom Meeting “Mengenal 3G Organik Riau”

Hadiri bersama Pembahasan 3G Organik Riau Bersama Pak Margolang.

Nazaruddin Margolang is inviting you to a scheduled Zoom meeting.

Topic: Mengenal 3G Organik Riau
Time: Feb 19, 2022 Pukul 20.15

Join Zoom Meeting
https://us04web.zoom.us/j/3683205356?pwd=MNe0oOfigtthsJE_F1akCjm4pSaBfV.1

Meeting ID: 368 320 5356
Passcode: IBB

RESENSI BUKU PERTANIAN ORGANIK PROSPEK PENGEMBANGANNYA

RESENSI BUKU PERTANIAN ORGANIK PROSPEK PENGEMBANGANNYA

Judul Buku: Pertanian Organik Prospek Pengembangannya
Penulis: Yuni Hastuti
Tebal Buku: 90 halaman
Penerbit: UR Press

ISBN : 978-979-792-864-3
Tahun Terbit: 2018

Harga Buku Rp. 50.000,-

 Sinopsis

Buku ini menguraikan tentang pertanian organic, prinsip-prinsip yang harus dimiliki oleh pertanian organic, pertanian berkelanjutan, permasalahan bertani saat ini yang dilakukan oleh para petani, strategi dan kebijakan pengembangan padi organic, macam-macam pupuk  organic dan bahan organic yang dapat digunakan dalam mengembangkan pertanian organik.

Pertanian organic merupakan salah satu dari beberapa pendekatan pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture). Walaupun pertanian ini cukup baik prospeknya, hanya saja kontribusinya masih rendah dan kurang mendapat tempat, Permasalahan yang sering dihadapi,  pertanian organic dianggap sebagai pertanian yang memerlukan biaya mahal, tenaga kerja yang banyak, kembali pada system pertanian tradisional serta hasil produksi yang rendah.

Kelebihan

Buku ini menggunakan bahasa yang mudah dimengerti sehingga mudah dipahami pembaca. Selain itu, sampul bukunya berwarna dan cukup menarik bagi pembaca

Kekurangan

Di dalam buku ini dijumpai istilah ilmiah yang agak susah dipahami oleh pembaca orang awam, Gambar-gambar di dalam buku tidak berwarna sehingga kurang begitu jelas.

Pemesanan/Pembelian Buku dapat dilakukan secara online di

BAKAT Store – TOKOPEDIA

Mengungkap Peran Pasukan Lalat Hitam (BSF) Dalam Pembuatan Pupuk Organik (KAS GOT)

Mengungkap Peran Pasukan Lalat Hitam (BSF) Dalam Pembuatan Pupuk Organik (KAS GOT)

Oleh : Asikin Chalifah, RULIT WASKITA BREBES.

Selain persoalan yg terkait dengan alih fungsi lahan, persoalan lain yg dihadapi oleh pemerintah Indonesia dalam melaksanakan pembangunan di bidang pertanian adalah menurunnya kualitas sumberdaya lahan pertanian. Sekitar 70 persen dari lahan baku pertanian seluas 7,1 juta hektar saat ini diketahui memiliki kandungan bahan organik yg sangat rendah, yakni rata-rata di bawah 5 persen. Degradasi sumberdaya lahan dan air secara umum dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah karena terpapar oleh penggunaan pupuk anorganik dan pestisida yg dilakukan secara terus menerus dan berlangsung lama karena penerapan cara-cara pemupukan yg tidak berimbang. Kondisi lahan-lahan pertanian yg tidak sehat sudah barang tentu akan menyebabkan rendahnya produktivitas dan produksi hasil pertanian, sehingga pada akhirnya dapat mempengaruhi atau menghambat pencapaian target swasembada pangan.

Pemerintah melalui Kementerian Pertanian RI selama ini sesungguhnya telah mengantisipasi dengan memberikan bantuan pupuk organik bersubsidi pada petani dan fasilitasi penyediaan unit-unit pembuatan pupuk organik di berbagai daerah di Indonesia (UPPO). Untuk mengurangi ketergantungan pada pemberian pupuk organik bersubsidi yg kapasitas produksinya masih jauh dari memadai, sebaiknya petani diberikan kemampuan dan pendampingan oleh Penyuluh Pertanian dalam pembuatan pupuk organik terutama yg berbasiskan pada sampah organik dan limbah pertanian. Peningkatan kemampuan dan pendampingan oleh Penyuluh Pertanian sangat penting agar petani perorangan maupun yg terhimpun dalam kelembagaan petani dapat menghasilkan pupuk organik yg sesuai dengan SNI. Potensi penyediaan sampah organik di Indonesia sangat besar, karena dari sekitar 65 juta ton sampah yg dihasilkan dalam kurun waktu setahun, 60 persennya merupakan sampah organik, selebihnya adalah sampah plastik dan sampah-sampah lainnya. Barangkali yg sangat penting dan sebagai kunci keberhasilan dalam pembuatan pupuk organik yg berbasiskan pada penyediaan sampah organik adalah membangun kesadaran (awareness) masyarakat untuk membiasakan diri memilah dan mengumpulkan sampah sesuai jenisnya di tingkat rumah tangga atau dari sumbernya.

Pembuatan pupuk organik dari sampah organik dan limbah pertanian dapat dilakukan dengan beragam cara, salah satunya yg selama ini sudah terbiasa dipraktekkan adalah dengan menggunakan starter mikro organisme yg berfungsi untuk mendekomposisi sampah organik menjadi pupuk organik hasil fermentasi (PORASI). Starter mikro organisme dalam bentuk larutan dengan beragam merek dagang dan penggunaan, saat ini dengan mudah dapat ditemui dan dibeli di toko-toko penjualan sarana produksi pertanian. Cara lain dalam pembuatan pupuk organik adalah dengan menggunakan peran dari maggot (larva) lalat tentara hitam atau biasa disebut dengan pasukan lalat hitam (Black Soldier Fly/BSF). Praktek pembuatan pupuk organik dari sampah organik dengan menggunakan maggot BSF sesungguhnya sudah berlangsung lama dan berkembang hampir di berbagai daerah di Indonesia terutama di sentra-sentra pengolahan sampah atau di TPS-3R. Maggot BSF adalah larva dari Black Soldier Fly atau dalam bahasa latin disebut dengan Hermetia illucens, merupakan salah satu jenis lalat yg memberikan manfaat pada manusia, setidak-tidaknya sebagai solusi dalam mengatasi menggunungnya sampah-sampah organik. BSF berbeda dengan lalat hijau yg selama ini diketahui sebagai vektor penyakit pada manusia yg hinggap dan bertelur pada tumpukan-tumpukan sampah atau bangkai-bangkai hewan. Pembudidayaan maggot BSF relatip tidak sulit, tidak memerlukan ruangan yg luas dan tidak memerlukan waktu yg lama serta sangat prospektif. Dengan mengolah sampah organik dan limbah pertanian dengan memanfaatkan peran maggot BSF, selain akan menghasilkan pupuk organik dalam bentuk kompos residu bekas sampah yg diolah oleh maggot (KAS GOT), juga sekaligus membesarkan maggot itu sendiri yg memiliki protein hewani cukup tinggi yg sangat baik sebagai bahan pakan ikan dan ternak. Kajian dari seorang pembudidaya maggot BSF di Bogor menyebutkan bahwa setiap hari dari 10 kilogram sampah organik dalam kotak seluas 1 meter persegi dapat diolah oleh maggot sebanyak 5 gram atau setara dengan 140 ribu ekor larva. Durasi pemeliharaan dan pembesaran maggot adalah selama 5-7 hari efektif dengan rentang waktu 15-17 hari setelah telut menetas yg dianggap cukup untuk menghasilkan maggot dengan kandungan protein hewani yg paling baik. Dari sampah organik sebanyak 300 ton dengan teknologi biokonversi akan dihasilkan maggot sebanyak 10 persen (20-40 persen protein), KAS GOT 20 persen, frassa 5 persen dan pupuk cair sebanyak 5 persen. Hasil penjualan budidaya maggot termasuk yg dikeringkan untuk bahan campuran pakan ternak, ikan dan hewan peliharaan dapat dianggap sebagai pendapatan sampingan yg secara finansial bisa jadi lumayan besarnya.

Selain sampah organik, selama ini sektor pertanian memberikan limbah organik seperti limbah dari industri kelapa sawit dan tanaman-tanaman lainnya yg sangat memadai untuk menjadikan petani di Indonesia secara mandiri dapat menyediakan pupuk organik (KAS GOT) dan maggot untuk kebutuhan budi daya tanaman, ternak dan ikannya sendiri serta dijual sebagai hasil sampingan. (KASONGAN, Bantul, 16 Februari 2020)

MENGENAL MIKORIZA & APLIKASINYA PADA PADI

MENGENAL MIKORIZA & APLIKASINYA PADA PADI

Oleh : Fadhli Yafas

Pembicaraan dan upaya untuk merumuskan pola-pola pengolahan sumber daya alam yang lebih lestari dan ramah lingkungan semakin intensif dilakukan. Kecemasan akan dampak yang lebih parah dari problem perubahan iklim (climate change) telah mendorong berbagai pihak untuk berfikir lebih keras demi menemukan cara-cara alternatif yang dapat menggantikan berbagai pola dan praktek yang selama ini terbukti menghasilkan kerusakan dan berbagai dampak negatif.  Termasuk dalam bidang pertanian.

Evaluasi belakangan ini menunjukkan, berbagai dampak negatif bagi lingkungan muncul sebagai buah dari praktek pertanian konvensional yang berbasis pada revolusi hijau dengan fokus penggunaan pupuk kimia dan racun kimia secara intensif. Kerusakan struktur tanah, pencemaran tanah dan air serta pelepasan gas rumah kaca N2O adalah contoh dari problem lingkungan yang dihasilkan pola pertanian berbasis bahan-bahan anorganik. Untuk itu pengembangan model-model pertanian yang kondusif bagi lingkungan menjadi keniscayaan. Salah satu model yang akan dibicarakan disini adalah model pertanian yang mengaplikasikan penggunaan mikroorganisma yang menguntungkan yaitu Mikoriza.

Penggunaan Mikoriza (mycorrhizae) telah lama dikenal dalam budidaya tanaman, terutama tanaman hortikultura dan tanaman hutan. Mikoriza merupakan sebuah bentuk simbiosis antara jamur dengan akar tanaman. Hubungan antara jamur dan akar pohon tersebut bersifat saling menguntungkan (mutualisme), yaitu jamur membantu penyerapan unsur hara (terutama fosfor) dan air dari dalam tanah, sebaliknya pohon  inang menyediakan sumber karbon hasil fotosintesa untuk jamur. Nama Mikoriza  sendiri dikenalkan oleh ahli botani Jerman Albert Bernard Frank pada tahun 1885.

Secara umum dikenal dua tipe mikoriza yaitu endomikoriza dan ektomikoriza (Rao, 1994). Perbedaan dari kedua tipe berdasarkan struktur tubuh dan cara infeksi terhadap tanaman inang.  Endomikoriza memiliki pola infeksi inang dengan cara penembusan dinding sel akar kemudian masuk ke dalam sel dan membentuk massa hifa di dalam sel, sementara ektomikoriza hifanya menembus akar, namun tidak sampai menembus dinding sel akar, hifanya berkembang di sekitar sel korteks membentuk mantel.

Sebagaimana lazimnya jamur, mikoriza berkembang melalui spora. Spora mikoriza dapat tumbuh pada beberapa kondisi iklim dan kelembapan tanah. Menurut Solaiman dan Hirata (1995), Mikoriza tidak hanya berkembang pada tanah berdrainase baik, tapi juga pada lahan tergenang seperti pada lahan sawah. Pada iklim yang ekstrem pun mikoriza masih dapat berkembang, seperti pada lingkungan yang sangat miskin atau lingkungan yang tercemar limbah berbahaya, cendawan mikoriza masih memperlihatkan eksistensinya (Aggangan et al, 1998). Disinilah dapat terlihat potensi penggunaan mikoriza pada berbagai variasi iklim dan kondisi lahan.

Simbiosis Mikoriza dan Tanaman

Sebagaimana telah disebutkan, antara mikoriza dan tanaman dapat terbentuk suatu hubungan saling menguntungkan. Karena sifatnya yang memberi keuntungan pada tanaman ini, Killham (1994) menyebutkan, inokulasi jamur mikoriza dapat dikatakan sebagai ‘biofertilization”, baik untuk tanaman pangan, perkebunan, kehutanan maupun tanaman penghijauan. Keuntungan yang diperoleh tanaman dari keberadaan mikoriza adalah sebagai berikut:

a. Perbaikan Struktur Tanah

Struktur tanah memegang peranan penting dalam pertumbuhan tanaman.  Salah satu aspek penting dari struktur tanah adalah agregasi tanah. Wright dan Uphadhyaya (1998) mengatakan bahwa jamur VAM (salah satu jenis mikoriza) menghasilkan senyawa glycoprotein glomalin yang sangat berkorelasi dengan peningkatan kemantapan agregat. Thomas et al (1993) menyatakan bahwa jamur VAM pada tanaman bawang di tanah bertekstur lempung liat berpasir secara nyata menyebabkan agregat tanah menjadi lebih baik, lebih berpori dan memiliki permeabilitas yang tinggi, namun tetap memiliki kemampuan memegang air yang cukup untuk menjaga kelembaban tanah.

b. Peningkatan serapan Fosfor (P)

Fosfor adalah salah unsur makro yang dibutuhkan tumbuhan. Fosfor diserap oleh tumbuhan terutama dalam bentuk ion fosfat baik dalam bentuk bentuk H2PO4 –  dan H2PO4 – 2 .  Kekurangan fosfor pada tumbuhan dapat menyebabkan terganggunya proses metabolisme dan pertumbuhan. Padi padi misalnya, kekurangan fosfor dapat mengakibatkan berkurangnya jumlah daun, malai dan bulir padi, bahkan dapat mengakibatkan tanaman tidak berbuah sama sekali.  Salah satu fungsi penting mikoriza dalam hal ini, mikoriza mampu meningkatkan penyerapan mikoriza. Akar tanaman yang diselubungi oleh mikoriza dapat menyerap fosfor dalam bentuk terikat dan yang tidak tersedia bagi tanaman. Hifa eksternal yang dimiliki mikoriza dapat menyerap unsur fosfat dari dalam tanah yang kemudian diubah menjadi polifosfat. Senyawa polifosfat ini dipindahkan kedalam hifa dan dipecah menjadi fosfat organik yang dapat diserap oleh tanaman.

c. Meningkatkan Penyerapan Air

Inokulasi mikoriza pada akar tanaman dapat membantu penyerapan air. Anas (1997) menyebutkan, penyebaran hifa yang sangat luas di dalam tanah menyebabkan jumlah air yang diambil meningkat. Disamping itu ukuran hifa yang lebih halus dari bulu-bulu akar memungkinkan hipa bisa menyusup ke pori-pori tanah yang paling kecil (mikro) sehingga hifa bisa menyerap air pada kondisi kadar air tanah yang sangat rendah (Killham, 1994). Keberadaan hifa mikoriza dapat membantu menyerap air pada saat akar tanaman tidak mampu lagi menyerap air dari dalam tanah.

d. Melindungi dari Logam Berat.

Killham (1994) dalam Soil Ecology menyebutkan, Mikoriza dapat melindungi tanaman dari ekses unsur tertentu yang bersifat racun seperti logam berat. Mekanisme perlindungan yang diberikan oleh Mikoriza ini dapat berupa filtrasi unsur-unsur racun, menonaktifkan secara kimiawi atau menumpuk unsur racun tersebut dalam hifa sehingga tidak terserap oleh akar tanaman.

Aplikasi Mikoriza pada Tanaman Padi

Salah satu potensi pemanfaatan mikoriza adalah pada tanaman padi.  Gencarnya upaya untuk melakukan pertanaman padi dengan pola organik memberi peluang untuk pengembangan lebih lanjut pemanfaatan mikoriza pada tanaman padi. Salah satu percobaan aplikasi mikoriza pada tanaman padi dilakukan oleh para peneliti Banglades pada tahun 1997. Para peneliti tersebut yaitu Tanzima Yeasmin, Parmita Zaman, Ataur Rahman, Nurul Absar dan Nurus Saba Khanum berasal dari Department of Biochemistry and Molecular Biology, University of Rajshahi, Bangladesh. Penelitian yang dilakukan membandingkan aplikasi mikoriza (Mikoriza Arbuskular) dan penggunaan pupuk kimia pada tanaman padi. Dari penelitian yang dilakukan didapat data bahwa aplikasi mikoriza memberikan hasil yang cukup memuaskan dibandingkan dengan pemberian pupuk kimia. Dalam penelitian ada dua perlakukan pemberian pupuk kimia. Pertama perlakukan dengan pupuk kimia campuran yang terdiri dari urea, potasium, triple super posphate, zinc sulfate dan gypsum sebagai sumber kalsium, dengan dosis secara masing-masingnya 220, 85, 120, 10 dan 70 kg/ha. Perlakuan pemberian pupuk kedua adalah pemberian pupuk urea tunggal dengan dosis 220 kg/ha.

Selain secara visual, hasil yang cukup signifikan dari aplikasi minoriza diketahui juga dari pengukuran berat kering semaian padi. Dari pengukuran yang dilakukan pada penelitian ini didapat hasil sebagai berikut : padi kontrol (35,25 gr), padi dengan urea tunggal (38,8 gr), padi dengan pupuk majemuk (40 gr), padi dengan mikoriza (64,7 gr) dan padi dengan perlakuan triple super phospate + mikoriza (37 gr).

Dengan penelitian ini semakin memberi harapan, bahwa aplikasi mikoriza dapat diterapkan pada berbagai variasi tanaman, mulai dari tanaman hutan hingga tanaman pangan.

Sumber : https://web.whatsapp.com/ GroupWA, pesan dari : Jia Widodo

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK ANDALAS HIJAU

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK ANDALAS HIJAU

Oleh : Ir. Ernita, MM, Widyaiswara Pertanian

  1. PENDAHULUAN

Pupuk organic adalah pupuk yang terbuat dari bahan organik  yang berasal dari kotoran hewan dan sisa tanaman .  Bahan ini akan mengalami pelapukan oleh mikrona organism sehingga sifatfisiknya berbeda dari senula.

Kandungan bahan organic tanah semakin lama semakin berkurang, berdasarkan  data pusat penelitian tanah dan agroklimatologi, menunjukkan lahan pertanian di Indonesia mengandung C-Organik kurangdari 1 %. Padahal batas minimum bahan organic yang dianggap layak untuk lahan pertanian yaitu antara 4 – 5 %.

Bahan organic disebut sebagai penyangga tanah, tanah dengan kandungan bahan organic yang rendah akan berkurang kemammpuannya mengikat pupuk sehingga effisiensinya menurun akibat sebagian besar pupuk hilang melalui pencucian, fiksasi dan penguapan.

Selain penurunan kandungan bahan organic terjadi pula kecendrungan penurunan PH tanah pada lahan pertanian. Pemakaian pupuk kimia seperti Urea dan ZA  secara terus menerus membuat kondisi tanah semakin masam.

Mengingat pentingnya fungsi dan peranan bahan organic bagi tanah, maka pengembalian bahan organic melalui pemberian pupuk organic/kompos adalah hal yang mutlak harus dilakukan untuk mempertahankan lahan pertanian agar tetap produktif.

  1. SEJARAH PENDIRIAN PERUSAHAAN

Pupuk Organik Andalas Hijau adalah pupuk yang terbuat dari bahan organic yang berasal dari kotoran hewan dan sampah, sisa/limbah tanaman dan makanan serta sumber organic lainnya. Dimana bahan ini akan mengalami pelapukan oleh mikroorganisme dengan bantuan Enzym Ekotan yang sudah dikultur selama 7 x 24 Jam.

Andalas Hijau pada awalnya dibuat untuk memenuhi kebutuhan sendiri dari Perkebunan Sawit PT, Bintang Riau Sejahtera Yang berlokasi di Desa Baturijal Kec. Peranap Provinsi Riau. Perusahaan ini dari sejak awal kecambah biji, pembibitan hingga penanaman dan pemeliharaan sudah menggunakan pupuk organik, sehingga ketergantungan terhadap pupuk kimia (buatan) sekarang sudah bisa diabaikan.

Luas bangunan Pabrik Pembuatan pupuk organic lebih kurang 700 m bujur sangkar dengan kapasitas produksi 150 Ton untuk 1 kali olahan

 III.             PENGENALAN BAHAN-BAHAN DASAR DAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN

Bahan baku/dasar pembuatan pupuk organic/kompos adalah : kotoran sapi, kuda, kambing, sampah sisa sayuran, kapur (dolomit) dan kulit biji coklat. Bahan baku diambil dari kandang yang penumpukan kotorannya terhindar dari curah hujan langsung dan terhindar dari terik sinar matahari. Bagi sumber bahan baku yang tidak ada naungan minimal tumpukan bahan baku selalu ditutupdengan plastic.

  1. TEKNIKPEMBUATANKOMPOS (PUPUKORGANIK)
  2. Pembuatan Enzim Ekotan

Selain bahan baku tersebut diatas pembuatan pupuk organic memerlukan Enzim sebagai activator (Enzim Ekotan).  Enzim Ekotan yang digunakan bahan bakunya berasal dari Rumen sapi dan Terasi.

Enzim di kultur selama 7 x 24 jam, selanjutnya disimpan dalam jeregen 25 L dan hasil kultur ini selanjutnya siap digunakan sebagai activator pembuatank ompos organic.

Enzim Ekotan sudah teruji pemakaiannya dalam memajukan pertanian di Kabupaten Gorontalo

  1. PembuatanKompos

–          Bahan baku utama kompos (kotoran sapi, kambing, kuda, sampah, sisa sayuran,kapur dan kulit biji coklat diaduk rata dan buat lapisan setinggi 20- 30 cm,  dan dilakukan penyemprotan dengan menggunakan larutan enzim ekotan. Dan selanjutnya ulangi lagi lapisan yang sama dan lakukan penyemprotan sampai tingg ilapisan 1 – 1,5 meter, dan biarkan selama  1 minggu.

–          Setelah satu minggu lakukan pembalikan dan penyemprotan seperti semula dan biarkan selama 1 minggu

–          Pembalikan dan penyemprotan dilakukan minimal sebanyak empat kali (4X) sampai terbentuknya kompos yang sempurna.

–          Setelah pembentukan kompos sempurna, dilakukan pengayakan secara manual untuk membersihkan kompos dari kotoran sekaligus untuk memperhalus butiran  (tidak bergumpal)

–          Selanjutnya pupuk organic yang sudah masak sempurna (diayak)  ditutup dengan terpal kondisi (an aerob), dan lakukan pemeraman sampai telur, larva cacing, jangkrik dan mahkluk hidup tanah lainnya (mikro dan makro organism tanah) hidup atau berkembang biak.

–          Setelah hidup mikro dan makro organism pada tanah baru kompos siap dipasarkan pada konsumen

–          Pemasaran pupuk organic andalas hijau di kemas dalam karung, dalam ukuran 50 kg dan pengemasan dilakukan setelah adanya pesanan dari pihak konsumen.

–          Perusahaan pupuk organic Andalas Hijau setiap bulannya dapat memproduksi sebanyak 150 Ton bahan organic .dengan harga jual Rp 1000,- /kg

–          Untuk menjaga kontiniutas produksi perusahaan menjalin mitra dengan peternak sapi dan petani yang ada di kota Payakumbuh dan Kabupaten 50 Kota  sebagai penyuplai bahan baku.

–          Sedangkan untuk pemasaran produk sudah menyeba kebeberapa kota/kabupaten seperti : Sumatera barat dan Riau (Kampar, rengat, Inhildll)

  1. KEUNGGULAN DAN MANFAAT
  2. RevitalisasiProduktivitas Tanah

Pemakaian pupuk organic untuk lahan pertanian sangat membantu untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.

  1. Pengaruh Terhadap Sifat Fisik Tanah

–          Menggemburkan tanah

–          Memperbaikia erasi dan drainase

–          Meningkatkan  ikatan antara partikel

–          Merevitalisasi daya olah tanah

–          Memperbaiki struktur tanah

–          Meningkatkan permeabilitas tanah

  1. Pengaruh terhadap sifat kimia tanah

–          Meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK)

–          Meningkatkan ketersediaan unsure hara

–          Meningkatkan proses pelapukan bahan mineral

–          Unsur N,P dan S diikat dalam bentuk organic dalam tubuh mikroorganisme sehingga terhindar dari pencucian kemudian tersedia kembali.

  1. Pengaruh Terhadap Sifat Biologitanah

–          Menjadi sumber makanan bagi mikroorganisme tanah sehingga perkembangannya lebih cepat

  1. Menekan Biaya usahaTani

Harga pupuk oganik lebih murah dibanding pupuk kimia, karena itu penggunaan pupuk organic bias menekan biaya usahatani dan meningkatkan hasil panen

  1. Meningkatkan Kualitas Produksi

Pada dasarnya tanaman yang diberikan pupuk organic bisa lebih berkualitas karena rasanya lebih enak dan segar serta daya simpanya lebih t han lama.

  1. Memiliki efek residu yang positif

Tanaman yang ditanam pada musim berikutnya tetap bagus pertumbuhan dan produktivitasnya.

  1. Lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit
  2. Mengandung unsure hara makro dan mikro
  3. APLIKASI PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK
  4. Cara Pemakaian.

Cara pemakaian pupuk organic dalam bentuk serbuk adalah :

  1. Ditaburkan dipermukaan tanah : Dilakukan pada saat pengolahan lahan, sebelum penanaman bibit.
  2. Dicampurkan dengan media tanam lainnya, pasir atau gambut yang biasa dipakai sebagai media persemaian maupun pembibitan dicampur dengan pupuk organic sebelum dimasukkan dalam bak persemaianatau polybag
  3. Ditanam disepanjang larikan atau di sekeliling tanaman
  4. Waktu pemupukan
  5. Tanamans emusim :

–          Saat pengolahan tanah (1-2 Minggu) sebelum tanam

–          Saat tanam (bersamaan dengan penanaman bibit/benih)

  1. TanamanTahunan :

–          Saat pindah lapangan pada dasar lubang tanam

–          Tiap 3 bulan sekali untuk pemeliharaan

  1. Dosis Pemupukan

–          Untuk Tanaman Sawit 5 -10 kg/pohon

–          Untuk tanaman coklat 5 – 8 kg/pohon

–          Untuk tanaman bawang dan kentang : Dasar : 2000 kg

Pupuk organic cair : 1000 liter, setelah musim tanam III

Aplikasi pupuk kimia boleh 20 % saja atau diabaikan

–          Untuk Tanaman sayura (Kol, Cabe, Tomat, Timun, wortel, labusiam) jagung dan kedele : Dasar 2000 kg, pupuk organic cair 500 – 1000 liter setelah musim tanam III pemakaian pupuk kimi aboleh 20 % saja atau diabaikan saja

–          Aplikasi pupuk organic/kompos harus dibenamkan atau tertutup tanah

Pestisida Hayati / Ramuan Hayati Untuk Hama dan Penyakit

Pada  Tanggal 19 s.d. 21 Juni 2009 saya mendapat tugas ke Bukittinggi, Sumatera Barat dalam rangka membimbing Peserta bimbingan Teknis Petugas dalam Rangka Penanganan Organismne Pengganggu Tumbuhan (POPT).  Selama perjalanan tersebut banyak informasi yang  diperoleh diantaranya Cara membuat Ramuan Hayati sebagai pengganti pestisida kimiawi.

Materi ini disampaikan oleh seorang yang menurut saya sangat profesiopnal dan menguasai dibidangnya yaitu Bapak Indra Yuli yang lebih dikenal dengan Mr. Bon (Petugas Laboratorium Hama Penyakit dan Pengembangan Agen Hayati Bukittinggi).

Penjelasannya memang sangat sederhana, hal ini dimaksudkan agar mudah dipahami, sebab informasi yang diberikannya memang untuk konsumsi orang lapangan dan atau petani.

Inilah cara membuatnya :

Ramuan Hayati untuk Hama :

Bahannya : 1. Daun Pinang/Daun Surian, 2. Daun Sirsak/Daun Pepaya, 3. Sicerek/Sidukung anak/Brotowali, 4. Jariangau, 5. Serai Wangi/Lagundi/Bawang Perai. Masing-masing sebanyak 1 Kg.

Cara membuatnya : semua bahan diiris-iris kecil lalu diblender atau ditumbuk, lalu dimasukkan ke dalam  wadah yang berukuran 10 Liter, lalu ditambah  garam sebanyak 2 genggam. Setelah itu wadah diisi air sampai penuh.

Bahan tambahan lain boleh ditambahkan yaitu Urine 1 liter/air kelapa 1 liter/bawang merah/bawang putih 1 ons. dan ragi tapai sebanyak 2 buah.

Tutup wadah  dan dibiarkan  selama 2 hari, setelah itu disaring dan ampasnya  diperas, biarkan lagi selama sehari dan lalu diap digunakan.

Dosis : 3 – 4 Gelas Aqua per Tangki semprot, dicampur dengan sabun colek 1 sendok (sabun colek diaduk dulu diluar tangki)

Hasil ramuan dapat disimpan selama 3 minggu.

Ramuan Hayati untuk Penyakit :

Bahannya : 1. Galinggang/Gadung 1 Kg, 2. Kunyit 2,5 ons/Daun sirih  1 Kg, 3. Gambir 10 buah, 4. Jahe 2,5 ons, 5. Mengkudu masak 10 buah.

Cara membuat dan dosisnya sama dengan pembuatan Ramuan Hayati untuk Hama.

Ramuan Hayati, pengganti insektisida dalam memberantas Lepidoptera (ulat-ulatan).

Cara membuatnya adalah sebagai berikut :

Bahan : 1. Air Kelapa 35 liter, 2. Bawang Putih 3 Kg digiling, 3. Kapur Bangunan 1 Kg, 4. Deterjen 1 Kg.

Semua bahan difermentasi selama lebih kurang 20 hari, setelah itu dapat digunakan dengan dosis 1 gelas aqua ramuan dicampur dengan 15 liter air.

Ramuan ini dapat disimpan selama lebih kurang 6 bulan.

Selain ramuan tersebut kami juga mendapat informasi pupuk alami yang dibuat dengan menggunakan Urine kambing yang dicampur dengan air dengan perbandingan 1 : 1.

Hello!

Klik Tautan di bawah untuk mengirim pesan !!!

Kirim Pesan !