by Pak Margolang | Jan 31, 2022 | PENYULUHAN
Kelompok Tani Karya Bersama Sialang Palas, merupakan salah satu kelompok Tani sukses di Kabupaten Siak. Fokus usahanya adalah Perkebunan Kelapa Sawit dan Usaha Peternakan Sapi yang meliputi Pembibitan Sapi, Pengolahan Pupuk Kandang menjadi Kompos dan Pengolahan Urine Sapi.
Hasil olahan digunakan untuk usaha perkebunan kelapa sawit. Penggunaan pupuk kandang dan urine sapi sampai saat ini cukup menguntungkan karena dapat menggantikan penggunaan pupuk anorganik/kimia sampai 60 % bahkan ada anggota kelompok Tani yang 100 % menggunakan pupuk Kandang dan urine sapi.
Seperti apa Kelompok Tani Karya Bersama ini, untuk informasi lebih lanjut silakan tonton videonya yang berjudul Profil Kelompok Tani Sukses – Karya Bersama Sialang Palas di Channel Youtube Pengembangan Masyarakat Pak Margolang.
Semoga bermanfaat
by Pak Margolang | Jan 31, 2022 | PENYULUHAN
INSTRUMEN IDENTIFIKASI FAKTOR PENENTU (IMPACT POINT)
ASPEK TEKNIS UNTUK PENYUSUNAN PROGRAMA PENYULUHAN PERTANIAN
Oleh : Ir. Lindung, MP. Widyaiswara BPP Jambi
Tahapan identifikasi impact point teknis adalah sebagai berikut:
- Penyusunan instrumen untuk menilai tingkat penerapan teknologi (TPT)
- Penetapan sampel petani responden
- Pengumpulan data
- Pengolahan data
- Penarikan kesimpulan
by Pak Margolang | Jan 31, 2022 | PENYULUHAN
Siapakah Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) …
Oleh : Purwo Hadi, KTNA Prov. Riau
KTNA merupakan tokoh yang diakui oleh komunitas petani (nelayan) nya, mempunyai kelebihan pengetahuan dan ketrampilan, berhasil dalam usaha taninya dan mau mendorong para anggotanya ke arah kemajuan. Para KTNA melalui keteladanan, kepemimpinan dan rela berkorbannya, seharusnya menjadi patner yang efektif bagi pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan petani lainnya. Melalui rela berkorbannya KTNA cenderung mendahulukan kepentingan petani lainnya, sangat protektif terhadap kelompok taninya yang sering dimanipulasi untuk mendapatkan bantuan oleh oknum tertentu.
KTNA selalu bersedia membimbing rekan rekan petani walaupun berasal dari kelompok tani yang lain, sigap mencari solusi terhadap permasalahan pertanian yang dihadapi petani akar rumput.
Bagaimana KTNA menghidupi dirinya ….
Seorang KTNA tidak mendapatkan gaji atau upah dalam menjalankan tugasnya. Hanya dengan niat yang tulus dan semangat berbagi, KTNA selalu yakin bahwa niat yang baik akan dibalas lebih dan dicukupkan oleh Alloh. Kawan petani yang mendoakan, link yang semakin besar, aset yang meningkat, produksi yang bertambah, pasar yang loyal dan bantuan tangan tangan yang tersembunyi sering dijumpai oleh orang orang yang berbagi.
Banyak KTNA yang hancur karena menerima bantuan pertanian dari pemerintah yang sebenarnya bukan haknya.
Apakah Program KTNA Riau ….
- Membangun Petani yang Berkarakter .
Dunia pertanian dianggap dunia yg terbelakang. Petani konotasinya selalu miskin, kumal, pengeluh dan peminta bantuan. Dalam beberapa tahun ini KTNA di Riau mulai mengajak petani petani muda yang mandiri untuk duduk sebagai ketua dan pengurus KTNA. Usia 40 tahun, punya kebun sawit dan sapi puluhan ekor, tidak gamang ketika ngomong tentang NPWP, koperasi, distribusi pupuk dan ngarit pakai double cabin. Apalagi ngomong tentang pertanian di forum forum resmi sdh sangat familier.
KTNA Riau juga mengajak pemuda pemudi untuk menggeluti dunia pertanian, hadir dalam go green, pasar tani. Tahun ini terkirim 1 orang pemuda tani untuk magang ke Jepang. Saatnya petani yakin bahwa pertanian mampu memberi kehidupan yang layak untuk generasi muda. Perlu dukungan pemerintah untuk data-data petani mandiri yg punya potensi ditingkatkan pengetahuannya.
- Perlindungan Aset Lahan.
Melalui usaha tani yang menguntungkan petani akan melindungi dan menambah asetnya. Bekerja sama dengan pemerintah, KTNA mendorong untuk sertifikasi lahan lahan pangan, membangun jalan jalan produksi yg nyaman dan mendesain kawasan pertanian yg menguntungkan.
- Kesinambungan Produksi Yang Berkulitas.
Ketika pasar menuntut barang yang sehat, segar dg harga yang terjangkau, seorang KTNA berfikir tentang produk unggulan, efisiensi lahan, sarana produksi pertanian yg berkualitas dan SOP yang tercatat.
- Pasar Yang Loyal.
Koneksi dan sinergi pertanian akan bermuara ke pasar yang sehat. Yang memberi keuntungan kepada produsen dan konsumen. KTNA hadir sebagai produksen dan pengumpul produk petani lainnya. Dengan memotong rantai tataniaga, KTNA memberi harga lebih tinggi kepada petani binaan dan harga yang lebih murah kepada konsumen. Salah satu contoh adalah sapi untuk Qurban.
Kendala dan hambatan yang besar, mengakibatkan program yang direncanakan begitu pelan jalannya. Namun kami berjuang semampu kami untuk teguh membangun pertanian di bumi lancang kuning ini.
by Pak Margolang | Jan 31, 2022 | PENYULUHAN
Tak kenal maka tak sayang. Ungkapan itu mungkin cocok juga jika dikaitkan dengan angka ramalan produksi tanaman pangan khususnya padi yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik tiga kali dalam setahun. Banyak pengguna data yang kurang bijak menyikapi angka yang dirilis oleh lembaga pemerintah non departemen yang menurut undang-undang no 16 tahun 1997 tentang statistik bertugas dan bertanggungjawab dalam penyediaan data statistik dasar tersebut. Angka produksi tanaman pangan yang dikeluarkan BPS sebenarnya dihasilkan dari dua data utama yaitu data luas panen dan produktivitas (hasil per hektar). Kedua data tersebut kemudian dikalikan dan menghasilkan angka produksi.
Luas Panen
Data luas termasuk didalamnya luas tanam, luas tanaman, luas rusak/puso, dan luas panen merupakan data yang sangat sulit dikumpulkan. Sulit dalam artian sulit mendapatkan data yang memenuhi metodologi statistik dengan keakuratan yang dapat diukur dengan mudah. Tidak banyak yang tahu bahwa data luas termasuk data luas panen yang digunakan dalam menghitung angka produksi tanaman pangan BPS merupakan data yang dikumpulkan oleh Dinas Pertanian atau Dinas serupa yang bertanggung jawab akan data pertanian di tingkat kabupaten/kota di bawah koordinasi Kementerian Pertanian . Dalam hal ini BPS hanya sebagai pengolah dan pengguna data.
Dari sisi metodologi pengumpulan data, mungkin banyak metode pengumpulan data luas yang lebih mutakhir dan akurat. Dari mulai penggunaan GPS hingga penggunaan teknologi pengindraan jarak jauh. Akan tetapi, ketika teknologi tersebut diaplikasikan dalam pengumpulan data yang sebenarnya, belum ada satupun yang bisa diadopsi dengan baik dan berkesinambungan. Satu metode lebih baik dari sisi akurasi tapi terbentur waktu pengumpulan data yang dibutuhkan cukup lama. Padahal perlu diketahui data luas seperti luas panen dan luas tanam harus dikumpulkan setiap bulan. Kendala lain adalah dari sisi biaya, bayangkan jika setiap bulan kita harus menggunakan jasa satelit dalam memantau luas panen, luas tanam, dan luas lainnya untuk seluruh wilayah Indonesia. Dana yang dibutuhkan akan sangat besar, padahal dana kita harus dibagi untuk pemenuhan kebutuhan lain yang mungkin lebih mendesak seperti pengentasan kemiskinan, pendidikan, dan lainnya.
Kembali pada ungkapan tak kenal maka tak sayang, selama ini Dinas Pertanian Kabupaten/Kota mengumpulkan data luas dengan beberapa metode konvensional sebagai berikut:
1. Perkiraan luas dengan menggunakan informasi penggunaan air
Pengumpulan data luas dengan menggunakan informasi penggunaan air dilakukan pada sawah dengan sistem pengairan irigasi yang baik. Sistem irigasi yang baik memungkinkan pengaturan debit air yang dibutuhkan untuk pengairan sawah. Lamanya pengairan dan volume air yang dikeluarkan dari saluran irigasi inilah yang kemudian dijadikan patokan untuk mengukur luas terutama luas tanam. Informasi penggunaan air diperoleh dari petani dan juga sumber lain seperti pengelola irigasi.
2. Perkiraan luas dengan menggunakan informasi penggunaan pupuk.
Dengan metode ini, petugas memperkirakan luas dengan mengkaitkan kebiasaan petani setempat dalam penggunaan pupuk. Jika kebiasaan petani setempat menggunakan pupuk sebanyak 200 kg per hektar maka jika seorang petani menggunakan pupuk sebanyak 400 kg dapat diperkirakan luasnya 2 (dua) hektar.
3. Laporan petani pada pengurus desa
Di beberapa wilayah, pengurus desa mewajibkan warganya untuk melaporkan informasi kegiatan usaha tani yang dilakukannya. Administrasi pedesaan seperti ini telah mencakup juga data pertanian yang mencakup juga data luas. Pada desa seperti ini petugas tinggal menyalin data luas dari rekap yang telah tersedia di kantor desa setempat.
4. Metode eye estimate berdasarkan data luas baku lahan
Metode eye estimate merupakan metode yang paling dinilai kurang akurat. Metode ini dilakukan dengan menggunakan informasi luas baku lahan yang ada, kemudian dengan memandang hamparan fisik lahan diperkirakan luas tanam, luas panen, atau luas lainnya. Metode ini seharusnya memang dilakukan oleh petugas yang benar –benar ahli dan sangat mengenal wilayah tugasnya secara fisik. Akan tetapi kenyataan yang ada, pergantian petugas di dinas setempat sangat sering dilakukan.
Setelah data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner tertentu, data tersebut kemudian dikirim ke BPS Kabupaten/Kota dan informasi yang sama juga dikirim kepada Dinas Pertanian setempat bahkan hingga ke Kementerian Pertanian untuk kebutuhan pemantauan program pembangunan pertanian.
Produktivitas (Hasil per Hektar)
Data produktivitas atau hasil per hektar dikumpulkan oleh BPS melalui Survei Ubinan yang dilakukan setiap subround (empat bulanan). Data produktivitas ini dikumpulkan dengan mengikuti kaidah pengambilan sampel pada ilmu statistik. Perlu diketahui hingga tahun 2010, BPS hanya melakukan survei dengan target estimasi hingga tingkat provinsi. Artinya hingga tahun 2010, BPS tidak menyediakan data produktivitas maupun produksi untuk estimasi tingkat kabupaten. Hal ini berkaitan dengan dana yang tersedia. Namun, Pemerintah Daerah di beberapa provinsi dan kabupaten seperti di DI Yogyakarta dan Lampung menyediakan dana untuk menambah sampel sehingga estimasi tingkat kabupaten untuk beberapa tahun terakhir dapat tersedia.
Data produktivitas dikumpulkan dengan pengukuran langsung pada petak sampel yang disebut plot ubinan dengan ukuran 2,5m x 2,5m. Tanaman pangan seperti padi pada area plot tersebut kemudian di panen sesuai kebiasaan petani untuk kemudian ditimbang. Data dari seluruh kabupaten dalam satu provinsi kemudian diolah dan dikonversikan pada satuan kuintal per hektar. Angka inilah yang kemudian dikalikan dengan data luas panen yang diperoleh dari Dinas Pertanian maka diperolehlah angka produksi untuk estimasi tingkat provinsi.
Untuk menambah informasi maka selain pengukuran langsung pada petak terpilih juga dilakukan wawancara pada petani penguasa petak terpilih tersebut. Informasi yang dikumpulkan mencakup cara penanaman, penggunaan pupuk, penggunaan benih, serangan hama dan lain-lain yang digunakan untuk mengevaluasi hasil pengukuran.
Status Angka
Dalam setahun BPS melakukan 3 kali rilis dengan lima status angka produksi tanaman pangan yaitu, Angka Ramalan I (ARAM I), Angka Ramalan II (ARAM II), Angka Ramalan III (ARAM III), Angka Sementara (ASEM), dan Angka Tetap (ATAP). ARAM I tahun berjalan dan ASEM tahun sebelumnya dirilis setiap awal bulan Maret, ARAM II tahun berjalan dan ATAP tahun sebelumnya dirilis setiap Awal bulan Juli, dan ARAM III tahun berjalan dirilis setiap awal bulan November.
ARAM I merupakan angka ramalan/perkiraan produksi tahun berjalan berdasarkan keadaan luas tanaman akhir bulan Desember tahun sebelumnya. ARAM II terdiri dari realisasi produksi Januari–April dan angka ramalan/perkiraan Mei–Desember berdasarkan keadaan luas tanaman akhir bulan April. ARAM III terdiri dari realisasi produksi Januari–Agustus dan angka ramalan/perkiraan September–Desember berdasarkan keadaan luas tanaman akhir bulan Agustus. ASEM merupakan realisasi produksi Januari–Desember tetapi belum final karena mengantisipasi kelengkapan laporan. ATAP adalah realisasi produksi selama satu tahun (Januari–Desember) dan merupakan angka final.
Tantangan
Setelah mengenal lebih dekat angka ramalan produksi tanaman pangan BPS, ada beberapa tantangan yang seharusnya memacu para peneliti pada bidang terkait seperti pertanian, pengindraan jarak jauh dan lainnya untuk menemukan metode yang dapat digunakan untuk menutupi kekurangan yang ada terutama dalam memperoleh data luas yang benar-benar applicable. Applicable dalam artian tingkat akurasi yang tinggi dan juga terjangkau dari sisi waktu maupun biaya. Ayo… siapa yang terpanggil untuk menjadi inventor metode pengukuran luas murah tapi akurat.
Penulis adalah Kepala Seksi Evaluasi dan Pelaporan Statistik Tanaman Pangan, Badan Pusat Statistik
Sumber : http://www.kompasiana.com/.
by Pak Margolang | Jan 31, 2022 | PENYULUHAN
Oleh : Ir. Harmet, MP. Widyaiswara Pertanian
- Perbaikan Mutu Buah Sirsak
Buah sirsak dapat dipanen dengan ciri buah benar-benar tua tetapi kondisi buah masih keras. Duri-durinya saling berjauhan dan warna kulit berubah dari hijau mengkilat menjadi kusam atau kekuning-kuningan.
Agribisnis sirsak masa mendatang menghendaki hasil panen yang dengan mutu yang, seperti bentuk buah yang simetris dan berukuran besar (lebih dari 1,5 kg). Demikian juga untuk mengisi pasar domestik maupun regional memerlukan kualitas buah yang baik dan berkesinambungan.
Untuk memperoleh kualitas bentuk dan ukuran buah sirsak yang baik dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya adalah dengan melakukan penyerbukan buatan. Seperi diketahui bunga sirsak merupakan bunga sempurna, akan tetapi waktu masaknya serbuk sari dengan kepala putik tidak bersamaan. Oleh karena itu peryerbukan yang dilakukan adalah penyerbukan silang yang dilakukan oleh serangga. Keberhasilan penyerbukan buatan ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain harus diketahui saat yang tepat bunga sirsak untuk diserbuki, keterampilan pelaku penyerbukan dan waktu penyerbukan yang tepat pula.
Tahapan Pelaksanaan penyerbukan buatan adalah
- Siapkan tabung/botol bekas roll film untuk penampung serbuk sari dan kuas kecil sebagai alat penyerbuk
- Tampung serbuk sari ke dalam botol dengan mengunakan kuas
- Pilih bunga betina yang siap diserbuki dengan ciri kelompak bunga tersebut telah merekah dan kepala putik telah berlendir
- Ambil serbuk sari dan oleskan serbuk sari dikepala putik
- Keberhasilan proses penyerbukan buatan ditandai dengan berkembangnya bakal buah setelah satu bulan
- Bibit Jeruk Bebas Penyakit
Lima keuntungan menanam bibit jeruk berlabel bebas penyakit
- Bebas penyakit CPVD
- Kemurnian Varietas dijamin
- Pohon tegar dan seragam
- Produksi dan mutu buah terjamin
- Umur produktif lama
Dimana alur proses produksi pohon induk dan distribusi bibit jeruk bebas penyakit:
- Penentuan calon pohon induk
- Penyambungan tunas pucuk
- Indeksing
- Pohon Induk
- Blok Pondasi
- Blok Pengandaan mata tempel
- Penangkar bibit
- Petani
Mulai dari blok pondasi sampai ke penagkar benih disana dilakukan pengawasan dan sertifikasi bibit
- Bioriza 01 K, 02 K, 02 G (Penyubur Tanaman Yang Ramah Lingkungan)
Bioriza 01K, 02K, 03G merupakan penyubur tanaman yang diproses seacara bioteknologi, untuk menunjang pengembangan pertanian bewawasan lingkungan dan hemat biaya
Bahan ini dibuat sedemian rupa sehingga lebih mudah dan praktis dalam aplikasinya dibanding bahan sejenis yang telah pernah diproduksi.
Fungsi/Manfaat
- Meningkatkan serapan hara
- Menghemat pengunaan pupuk buatan
- Meningkatkan pertumbuhan dan sistem perakaran tanaman
- Meningkatkan ketahanan tanaman terhadap kekurangan air serta serangan penyakit akar
- Sekali pemberian akan bermanfaat untuk seumur hiduf tanaman
Cara Pemakaian
Penggunaan Bioriza 02 K dapat dilakukan dengan cara seperti pemberian BIORIZA 01 K. Sedangkan untuk Bioriza 02 G dapat digunakan pada saat penyemaian benih
Untuk setiap satu meter persegi tempat persemaian dapat diberikan 50 gram Bioriza 02 G. Kemudian tutup dengan media semai setebal 1 cm. Selanjutnya semaikan benih di atasnya lalu tutupi lagi dengan media semaian
- Pemberian kapsul Bioriza 01 K dan 02 K saat penyapihan/transplanting
- Pemberian kapsul untuk benih yang sudah di polibag/pot
- Pemberian bioriza 2 G (Pre inoculation technique)
- Optimalisasi Perbanyakan Benih Pisang Secara Konvensional
Pemilihan pohon induk
Tanaman yang dipilih sebagai pohon induk bisa berupa rumpun dewasa yang sudah berbuah dan menghasilkan anakan atau tanaman hasil kultur jaringan yang bonggolnya sudah berdiameter minimal 15 cm. Yang penting tanaman harus sehat dan bebas dari hama dan penyakit
Prosedur :
- Bahan tanaman yang diambil dari anakan atau bongol tanaman yang baru dipanen, dipisahkan dari rumpunya, sedangkan bahan tanaman yang berasal dari kultur jaringan tidak perlu dicabut
- Bonggol dicuci dengan air bersih dan direndam dalam larutan fungisida yang mengandung benomil
- Batang semu dipotong dan disisakan kira-kira 20 cm dari pangkal batang
- Semua pelepah daun dibuang
- Untuk anakan muda silakukan pembuangan titik tumbuh utama; sedangkan untuk bonggol tanaman yang baru dipanen buahnya tidak perlu dilakukan pembuangan titik tumbuh karena sudah tidak mempunyai titik tumbuh utama
- Bonggol yang telah dibuang titik tumbuhnya dapat segera ditanam dalam media pasir dalam seedbed pot atau polibag
- Perawatan tanaman berupa penyiraman sehari sekali
- Tunas-tunas yang tumbuh dan tingginya minimal 20 cm sudah dapat dipindahkan ke polibag
Keuntungan :
- Tidak memerlukan teknologi yang rumit
- Murah dan mudah dilaksanakan
- Pemanfaatan bonggol pisang yang baru dipanen
- Pengendalian Hama Pengerek Batang Mangga
Pengendalian hama pengerek lebih dini adalah faktor kunci untuk menyelamatkan tanaman mangga dari kematian atau bahkan menyelamatkan kebun mangga dari kehancuran sehingga kerugia dapat dihindari. Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk dapat mengendalikan hama adalah
- Lakukan monitoring secara cermat dan berkala
- Hindari terjadinya serangan pengerek pucuk karena serangan ini membantu pengerek batang meletakan telur.
- Apabila menemukan dewasa hama ini segera matikan secara mekanis
- Segera pangkas bagian tanaman tanaman yang terserang kurang lebih 5 cm di bawah lubang yang masih mengeluarkan kotoran
- Matikan larva pengerek yang ada
- Aplikasi insektisida pada fase tunas untuk menghindari serangan hama pucuk
- Gunakan insektisida sistemik sebagai alternatif pengendalian terakhir.
by Pak Margolang | Jan 27, 2022 | PENYULUHAN
- Evaluasi Program Penyuluhan
Setiap program kegiatan yang direncanakan seharusnya diakhiri dengan evaluasi dan dimulai dengan hasil evaluasi kegiatan sebelumnya. Evaluasi yang dilakukan dimaksudkan untuk melihat kembali apakah suatu program atau kegiatan telah dapat dilaksanakan sesuai dengan perencanaan dan tujuan yang diharapkan. Dari kegiatan evaluasi tersebut akan diketahui hal-hal yang telah dicapai, apakah suatu program dapat memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Berdasarkan hasil evaluasi itu kemudian diambil keputusan, apakah suatu program akan diteruskan, atau direvisi, atau bahkan diganti sama sekali. Hal ini didasarkan pada pengertian evaluasi, yaitu suatu proses pengumpulan informasi melalui pengumpulan data dengan menggunakan instrumen tertentu untuk mengambil suatu keputusan. Jadi, pada dasarnya evaluasi adalah suatu kegiatan yang menguji atau menilai pelaksanaan suatu program.
Evaluasi program biasanya dilakukan untuk kepentingan pengambilan keputusan dalam rangka menentukan kebijakan selanjutnya. Dengan melalui evaluasi suatu program dapat dilakukan secara sistematis, rinci dan menggunakan prosedur yang sudah diuji secara cermat. Dengan metode tertentu akan diperoleh data yang handal, dapat dipercaya sehingga penentuan kebijakan akan tepat, dengan catatan apabila data yang digunakan sebagai dasar pertimbangan tersebut benar, akurat dan lengkap.
Adapun program itu sendiri diartikan segala sesuatu yang dilakukan dengan harapan akan mendapatkan hasil atau pengaruh. Jadi evaluasi program merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan program. Untuk melihat tercapai atau tidaknya suatu program yang sudah berjalan diperlukan kegiatan evaluasi.
- Evaluasi Hasil Penyuluhan Pertanian
Tujuan penyuluhan pertanian adalah perubahan perilaku petani (kognitif, afektif, dan psikomotor) .
- Kognitif : Kemampuan mengembangkan intelegensia (pengetahuan, pengertian, penerapan, analisis, sintesis)
- Afektif : Sikap, minat, nilai, menanggapi, menilai/tata nilai dan menghayati
- Psikomotorik : Gerak motor : kekuatan, kecepatan, kecermatan, ketepatan, ketahanan dan keharmonisan
Jadi evaluasi penyuluhan pertanian adalah mengevaluasi sampai seberapa jauh tingkat pencapaian tujuan, berupa perubahan perilaku petani dan keluarganya.
- Evaluasi Metode
Evaluasi metode y aitu evaluasi semua kegiatan penyuluhan pertanian yang dilakukan penyuluh pertanian dalam rangka mencapai perubahan perilaku sasaran.
- Evaluasi Sarana Prasarana
Sarana dan prasarana adalah pendukung p enyuluhan p ertanian, sangat penting dalam kegiatan p enyuluhan pertanian, efektifitas penyuluhan pertanian sebagian tergantung pada alat bantu penyuluh, perlengkapan, peralatan, bahan-bahan sarana prasarana yang digunakan. Evaluasi sarana-prasarana pada dasarnya mengevaluasi kesiapan perangkat sarana-prasarana yang menunjang kegiatan penyuluhan.
- Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan Pertanian dan Evaluasi Dampak Penyuluhan
Dalam prakteknya pelaksanaan evaluasi penyuluhan pertanian dapat merupakan kombinasi dari beberapa macam/cara evaluasi, hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, lebih akurat, dan lebih sahih dari pada evaluasi dengan menggunakan cara tunggal.
Evaluasi Pelaksanaan kegiatan Penyuluhan Pertanian merupakan proses yang sistematis, sebagai upaya penilaian atas suatu kegiatan oleh evaluator melalui pengumpulan dan analisis informasi secara sistematik mengenai perencanaan, pelaksanaan, hasil dan dampak kegiatan penyuluhan pertanian. Hasil evaluasi ini untuk menilai relevansi, efektifitas/efisiensi pencapaian / hasil suatu kegiatan, untuk selanjutnya digunakan sebagai pertimbangan dalam pengambilan kebijakan pada perencanaan dan pengembangan kegiatan selanjutnya.
Evaluasi pelaksanaan atau evaluasi proses (on going evaluation) ini dilaksanakan pada saat kegiatan sedang dilaksanakan. Fokus utama evaluasi ini menyangkut proses pelaksanaan kegiatan yang berkaitan dengan:
- Tingkat efisiensi dan efektifitas pelaksanaan
- Kemungkinan keberhasilan kegiatan sebagaimana yang direncanakan
- Sejauh mana hasil yang diperoleh dapat memberi sumbangan kepada tujuan pembangunan
- Tindakan korektif yang diperlukan untuk memperbaiki efisiensi dan efektifitas pelaksanaan
- Tindakan-tindakan lain yang diperlukan sebagai pelengkap kegiatan yang telah direncanakan .
Hasil dari evaluasi pelaksanaan kegiatan penyuluhan biasanya digunakan untuk membantu pengambilan keputusan/penentu kebijakan dalam mengatasi permasalahan, dan tindakan penyesuaian/perbaikan atas pelaksanaan kegiatan.
Sumber : Modul Diklat Fungsional bagi penyuluh Pertanian